Saturday 25 April 2009

hahahaha GW MASUK KORAN !

tadi tiba2 Nia nelpon gw, dia bilang katanya temennya ngomong gini :

" Cieee Nia sama Rani masuk koran Kompas "

wkakwakwakwakakw gilaaaaaaa . gw ga nyangka ternyata orang yang wawancara gw pas di JCC minggu kemaren, itu wartawan kompas T__T .
whaaa gw maluuuu .

gini tulisannya :
----------------

HARAJUKU
Lolita dalam Balutan Batik
Minggu, 26 April 2009 | 03:58 WIB

Tidak penting benar mereka belum pernah menjejakkan kaki di kawasan Harajuku atau Omotesando di Tokyo. Tetapi, cara berpakaian remaja di kawasan itu telah terkenal di seantero dunia, termasuk Jakarta. Apalagi, sekarang tersedia internet, cukup googling dan informasi sudah tersedia di ujung jari, lengkap beserta gambar-gambarnya.

Meskipun tidak pernah benar-benar menjadi tren, gaya berpakaian ala Harajuku juga tak pernah hilang. Ketika himpunan pencinta kain adati Wastraprema mengadakan pameran tutup kepala Nusantara dan karya instalasi siswa sekolah mode Esmod di Balai Sidang Jakarta dua pekan lalu, pada hari penutupan, Minggu (19/4), ikut hadir remaja bergaya ala Harajuku.

Jumlah mereka tak banyak, berbaur bersama pengunjung lain di depan panggung pertunjukan cosplay, gaya mengikuti tokoh komik atau animasi Jepang.

Uniknya, mereka tidak merasa sepenuhnya bergaya Harajuku karena mereka juga menyebut diri bergaya cosplay. Mereka pun memiliki nama berbau Jepang. Ika (18) dan Grace (18), mahasiswi tingkat pertama perguruan tinggi swasta di Jakarta, menyebut diri sebagai Itsuka dan Yuka. Mereka berdandan gaya gotik dengan dominasi warna hitam.

Ada juga siswa SMAN 91 Jakarta, Alvin (15), dengan kostum mirip baju tidur yang sedang populer di antara remaja, Rani (16) dengan atasan ala yukata, Nia (16) dengan gaya school girl, serta Amanda (16), Rila (16) dan Ayi (16) dengan gaya Lolita hitam-putih.

”Ini yukata modif," kata Rani yang sudah dua tahunan terpikat gaya Harajuku. Modif, kependekan dari modifikasi, maksudnya adaptasi dari yukata, baju tradisional musim panas di Jepang.

Dan, Bonita, siswa sekolah dasar sekolah internasional, memakai gaun panjang serta rias wajah dan rambut ala bangsawan Eropa abad ke-18, berbahan batik berpayet.

Koordinator Japan Festival Corner di pameran ini, Kenji Yamada, mengatakan, orang luar sering hanya mengenal kostum Harajuku. Padahal, ada banyak jenis kostum di Jepang yang tumbuh sebagai budaya baru, antara lain cosplay. ”Kostum cosplay di Indonesia lebih kreatif dari di Jepang,” kata Yamada.

Inilah globalisasi, dari Eropa masuk ke Jepang, diekspor lagi ke seluruh dunia, lalu diadaptasi ke dalam budaya lokal setempat. ak penting benar apa yang disebut asli.

------------

BWAHAHAHAHAHAHA bisa gila kali ni gw ! plis yang langganan koran kompas, jangan diliatliat yah T__T


Jyaa mata neee

0 Comment:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment

What Do You Think ?